Hari ini adalah hari ulang tahun sahabatku, “Ashilla”. Dia, terlihat bahagia karena orang tuanya memberinya hadiah yang indah. Sedangkan, teman-teman juga memberinya banyak hadiah.
Tapi, diulang tahunnya kali ini aku tidak bisa memberinya apa-apa. Karena, keluargaku sekarang sedang kesulitan ekonomi. Aku berharap agar Shilla mengerti keadaanku sekarang.
Dan, ternyata Ashilla mengerti keadaan ku sekarang. Shilla memang sahabat yang paling baik yang pernah aku miliki.
Beberapa hari kemudian, Shilla pun jatuh sakit. Aku ingin menjenguknya di rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, ibu Shilla berkata, “Shilla sakit parah dan kemungkinan sudah tidak ada harapan untuk hidup lebih lama”. Dia terserang penyakit yang sangat parah dan tidak ada kemungkinan untuk sembuh. Satu persatu organ tubuhnya rusak dan butuh donor yang cocok untuknya.
Aku pun sedih melihat sahabat ku harus menanggung sakitnya sendiri. Aku mencoba untuk pergi ke laboratorium untuk tes apakah organ tubuh ku cocok untuk Ashilla. Aku ingin melihat sahabat ku hidup sehat dan bahagia seperti dulu lagi. Aku mencoba membantunya sebisa yang aku bisa.
Tenyata, hasil tesnya cocok dan aku meminta izin kepada ibu untuk mendonorkan organ tubuh ku pada Shilla. Tapi, ibu tidak menyetujui keputusan ku, karna ibu tidak ingin apabila nanti akibatnya terjadi padaku. Karena ibu sangat sayang padaku dan tidak ingin terjadi apa-apa dengan ku. Tapi, aku sangat ingin mendonorkan organ tubuh ku pada Shilla. Aku berusaha meyakinkan ibu agar ibu menyetujui keputusan ku. Dan akhirnya, ibu mengerti betapa Shilla sangat membutuhkan donor itu. Tapi, ibu juga kelihatan kurang ikhlas. ”Tapi, ini demi Shilla bu...” ucapku. ”iya nak ibu mengerti perasaan mu. Tapi apakah tidak bisa menggunakan cara yang lain nak...??” jawab ibu. ”Ayolah bu...!!” ucapku. ”Yaudah, terserah padamu ibu sudah mengingatkan mu pokoknya..” jawab ibu.
Setelah mendapat persetujuan ibu, keesokan harinya pun aku langsung diperbolehkan untuk pergi operasi. Alhamdulillah, operasi berjalan lancar dan selamat. Organ tubuh ku sekarang berada di dalam tubuh Shilla. Kami, berdua merasa senang karena operasinya lancar.
Satu hari, dua hari, rasanya badan masih terasa sehat. Tapi lama kelamaan badan semakin hari semakin lemas dan sering juga sakit. ”Apakah ini akibat dari operasi kemarin..??” tanyaku dalam hati. Akhirnya aku harus menanggung hidup ku di atas kursi roda,
karena aku sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan.
Hari demi hari telah berganti, aku sudah mulai beranjak remaja. Sekarang aku sudah bersama dengan orang yang menyayangiku, yaitu “Ray”. Ray sangat sayang padaku dan aku pun juga sangat sayang padanya. Tapi, disisi lain Shilla juga mencintai Ray. Aku pun bingung di antara dua pilihan. Disisi lain aku sayang dan mencintai Ray tapi, disisi lain juga aku sangat sayang dan merasa kasihan pada Ashilla.
Akhirnya, aku putuskan untuk merelakan Ray bersama Shilla. Tapi, Ray membantah keputusan ku. ”Ray...kamu sayang sama aku kan..?? kalau kamu sayang sama aku kamu harus mau sama Shilla ya..??” ucapku pada Ray. ”Tapi Shanin, aku sangat mencintaimu, aku gak bisa bohongi perasaan ku. Aku sangat sayang sama kamu, aku sudah terlanjur jatuh cinta sama kamu..” jawab Ray. ”Ray, aku ini punya penyakit yang parah,aku juga tidak bisa membebankan
kamu untuk mendorong aku terus.. lebih baik kamu sama Shilla ya. Dia cantik, dia pintar, dia baik hati juga.” sambung ku. (Ray memegang kedua tangan Shanin) ”Shan, walaupun kamu sakit, aku tetap sayang padamu. Aku cinta kamu apa adanya. Sungguh, aku ndak bohong..!!” jawab Ray. “udahlah Ray...Kamu sama Shilla aja..” Jawab ku.
Aku pun pergi meninggalkan Ray dengan menangis. ”Ray, maafkan aku. Sesungguhnya aku juga tidak ingin kamu bersama dengan Shilla. Tapi, ini demi Shilla...” Ucap ku dalam hati.
“Shan...,Shanin kamu mau kemana..” teriak Ray. ”Baiklah jika ini mau mu. Aku akan turuti mau mu. Tapi dengarkan aku Shanin, aku akan tetap sayang padamu..” sambung Ray.
Keesokan harinya, Ray pun menyatakan cintanya pada Shilla dihadapan ku. Aku pun senang walaupun hatiku sangat sakit dan sakit. Aku pun mengatakan selamat kepada mereka berdua. Wajah ku terlihat bahagia padahal hatiku menangis. Hatiku menangis tak masalah buat ku, yang penting sahabat ku bahagia.
Hari demi hari berganti, aku pun terus belajar mulai dari pelajaran yang aku terima di sekolah karena sebentar lagi ujian kelulusan. Aku berjanji akan melupakan kejadian yang telah berlalu.
Setiap Shilla meminta bantuan selalu aku bantu karena, aku tidak ingin dia merasa sedih. Aku ingin Shilla selalu bahagia walaupun nyawa taruhannya. Tapi, megapa Shilla tidak pernah membantu ku sejak dia bersama Ray. Seakan-akan dia sudah lupa sama sahabatnya sendiri. Saat aku terjatuh Shilla seakan-akan tidak mengerti bahwa aku terjatuh. Tapi itu sudah aku anggap sebagai cobaan dalam persahabatan.
Setahun telah berlalu. Aku sudah lulus dari SMA. Tapi, sayangya aku tidak bisa melanjutkan sekolahku ke tingkat yang lebih tinggi. Karena sakit ku kini makin parah. Semenjak aku mendonorkan organ tubuhku, aku menjadi sakit sakitan. Kini yang aku bisa hanya mengurung diri di dalam rumah dan tidak pernah keluar rumah. Ray pun selalu memberiku semangat untuk sembuh. Tapi, rasanya sudah tidak mungkin lagi untuk aku sembuh. Dua tahun berlalu. Shanin pun meninggal dunia. Ray pun menangis menyesali kenapa dia harus menuruti kemauan Shanin dulu. “Seandainya aku sekarang bersama Shanin, Aku akan coba membuat dia bahagia di akhir hidupnya. Tapi, kini sudah terlambat bagi ku untuk melakukan itu” ujar Ray dalam hati. Shilla pun juga menyesal. ”seharusnya aku tidak menerima organ tubuhnya dulu” ucap Shilla. ”Seharusnya aku yang ada di dalam sini, bukan kamu Shan... Maafkan aku ya Shanin, seandainya aku tidak menerima donor tubuhmu, kamu tidak akan seperti ini. Aku sangat benci pada diriku sendiri.., maafkan aku ya Shanin..” sambung Shilla. “Sudahlah Ashilla.. Kita tidak boleh menyesali kepergiannya. Ini sudah rencana-Nya yang di atas, syukuri saja apa yang terjadi” Jawab Ray. Akhirnya, Ashilla menyadari ini sudah jalan hidup Shanin. Shilla hanya bisa mendo’akan Shanin disana.“Terima kasih Shanin..Atas pengorbananmu, aku akan menjaga dengan baik organ tubuh ini, karenamu aku dapat hidup bahagia. Sekali lagi, terima kasih” Ucap Ashilla..